Disuatu
hari terlihat seorang anak kecil yang hidi jalan, pontang-panting
kebingungan untuk mencari tempat tinggal, wajah yang malang terlihat ingin
meneteskan air mata, perutnya sudah lapar, tak tertahankan lagi, kemudian ia
menuju pasar tradisional yang sangat ramai, banyak penjual makanan yang sangat
enak, tetapi ia tidak mempunyai uang untuk membelinya, perutnya sudah menjerit
kelaparan.Tanpa berpikir panjang, ia mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang
agar bisa membeli kue itu, ia menginginkan kue itu, ke sana kemari ia cari
pekerjaan namun belum ada yang mau menerimanya, akhirnya ia memberanikan diri
untuk menuju pedagang kue itu.
“Permisi,
bolehkan saya bekerja disini, tidak usah di bayar dengan uang, cukup hanya sedikit
kue itu saja agar saya tak lapar lagi”
“Iya,
boleh nak, ayo bantu paman layani pembeli”
“Terimakasih
paman, terimakasih banyak Paman”
Dengan
hati yang dermawan, seorang penjual kue menerimanya dengan penuh senyum, ia
segera membantu penjual kue itu, setelah kue terjual habis, ia membantu
merapihkan kotak-kotak kue itu, di sisa kan nya 10 buah kue untuk anak itu,
lalu membungkusnya dan memisahkan dari kotak kue, anak itu terus lanjut
merapihkannya, di bersihkan dan di cucikan kotak kue itu, lalu penjual kue
melihatnya dengan senyum, sedikit terharu dengan apa yang di lakukan dan
diusahakannya anak itu, lalu penjual kue itu menghampirinya dengan membawa
sebungkus kue yang di sisa kan tadi .
“Nak,
cukup sudah, ini ambil kue untuk mu”
“Terimakasih Paman, Paman baik sekali”
“Sama-sama
nak, siapa nama kamu?”
“Rico”
( dengan lahap memakan kue itu )
“Nama
yang bagus, pelan-pelan makan kuenya, nanti tersendak, tinggal di mana kamu?”
“Saya
gak punya tempat tinggal”
“Lalu,
kalau mau tidur kamu dimana?”
“Dimana
saja, di pinggir toko, di pinggir jalan” ( dengan senang melahap kue itu )
“Oh
ya panggi Paman, Paman Lio saja, apa kamu mau tinggal dengan paman?,”
“Apa
tidak merepokan Paman?, Paman sudah baik sekali dengan saya”
“Tidak
nak, siapapun orangnya Paman akan membantunya selagi masih bisa membantu”
“Terima
kasih Paman”
“Ayo
ikut Paman pulang”
Anak
itu pun pulang dengan bapak penjual kue itu, dengan mengendarai sepeda
antiknya, dengan raut wajah yang ceria bapak penjual kue mengendarai sepeda
dengan bernyanyi lagu kesukaannya, mendengar ia bernyanyi anak itu tersenyum
dan terharu, dalam hati anak itu berkata “paman ini baik sekali, walaupun ia
sama-sama cari uang tapi ia ceria, gembira, dan penuh canda tawa di raut
wajahnya, aku salut dengan pak anton”, 1 jam kemudian sampailah di rumah Paman
Lio (penjual kue), banyak sekali orang yang sedang berlatih beladiri, aku melihat
dengan sontak terkejut dengan yang ada di dalam rumah Paman Lio (penjual kue),
banyak sekali yang berlatih beladiri, lalu aku bertanya dengan Paman Lio
(penjual kue)
“Paman,
kok banyak orang sedang latihan beladiri disini ?, apa paman buka perguruan
beladiri ?”
“Tidak
nak, paman disini hanya mengajari mereka yang ingin bisa beladiri”
“Lalu,
beladiri apa yang paman ajarkan?”
“Paman
ini dari keluarga beladiri taekwondo, semua anggota keluarga paman mayoritas
memiliki beladiri taekwondo”
“Oh
gitu, kenapa paman tidak buka perguruan saja?”
“Repot
nak, wilayah rumah paman juga tidak cukup untuk buka perguruan, resikopun
sangat besar, disini siapa yang mau belajar silahkan belajar, tidak ada yang
melarang, tapi mengikuti peraturan dari paman, kenapa?, kamu mau belajar juga
?”
“Mmmm...
pikir-pikir dulu deh, hehe”
“Ya
sudah, bersihkan tubuhmu dulu sana, paman mau melihat anak-anak yang lain”
Lalu
dia bersihkan diri dengan memanjakan tubuhnya di dalam air hangat, relax,
tenang, dan damai, setelah selesai mandi dia menuju lapangan belakang, melihat
Pak Lio (penjual kue) mengajari anak-anak yang mengikuti beladiri, dia melihat
dengan serius, menatap tajam ke depan, ada daya tarik yang membujuknya untuk
belajar beladiri, tapi untuk apa?, dia pun tidak tahu. Dari pada terdiam sendiri
melihat mereka berlatih, dia menuju ruang tamu untuk duduk dan membaca koran,
melihat-lihat berita yang menarik. Dari kejauhan Paman Lio tersenyum melihat
nya, setelah selesai melatih Paman Lio menghampirinya.
“Lagi
apa sendirian disini?, sudah sore sebaiknya kamu istirahat”
“Eh
paman, lagi baca koran aja, lagi nyari berita, baik paman”
“Di
pojok sana ada kamar kosong untuk mu, istirahat lah sejenak”
“Baik
paman”
Dia
beristirahat menuju kamar itu, lumayan nyaman untuk di tempati, dia langsung
memanjakan tubuhnya di atas kasur empuk, sangat lelap dia tertidur pulas, tak
sadar kan diri dari tidurnya, dia melewatkan makan malam bersama paman Lio.
“Rico,
ayo bangun. Makan malam dulu. Rico, Rico . .”
Tak
bangun juga dari tidurnya memanggilnya berturut-turut, mungkin dia kelelahan,
keesokan harinya, kebetulan hari libur paman Lio tidak berjualan di pasar,
hanya ada jadwal mengajar murid-muridnya berlatih.
“Sudah
bangun kamu?, pergi mandi, dan cepat ke meja makan untuk sarapan”
“Baik
paman”
Paman
Lio sangat baik dengan Rico, Rico tak tahu akan membalas budi seperti apa untuk
orang seperti beliau, selesai mandi Rico
pun menuju meja makan.
“Selamat
pagi paman”
“Iya,
selamat pagi, ayo kita sarapan bersama”
Mereka
sarapan bersama-sama, Paman Lio, adik pertama paman Lio dan Rico, selesai
sarapan mereka membereskan rumah dan membagi tugas, Rico membersihkan halaman,
paman membersihkan ruang tamu dan yang lain, dan kakak pertama (adik pertama
paman Lio) membersihkan semua benda-beda yang kotor. Mereka membagi tugas
dengan adil, Rico pun juga senang bisa membantu paman Lio, karena hitung-hitung
membalas budi secara perlahan atas kebaikan paman Lio, setelah aku selesai
membersihkan halaman, kakak pertama memanggil ku.
“Rico,
kakak mau bicara dengan kamu”
“Baik
kakak pertama, ada apa kak?”
“Kakak
melihat diri mu ketika pertama melihat beladiri di sini, apa kamu tertarik?,
jujur saja dengan kakak, kalau kamu tertarik sebaiknya kamu belajar dengan
kakak, kakak akan bantu kamu”
“Mmm,
boleh kak, baik. Aku akan ikut berlatih, terimakasih atas tawaran kakak
pertama”
“Sama-sama,
ya sudah, kakak mau melanjutkan bersih-bersih dulu”
“Baik
kak”
Rico
mengambil handuk untuk membasuk wajahnya yang penuh dengan keringat, tak lama kemudian
murid paman datang satu per satu, mereka tidak akan mulai berlatih jika belum
semua berkumpul, setelah semua sudah berkumpul Rico di panggil dengan kakak
pertama.
“Rico,
ayo gabung untuk berlatih”
“Baik
kak”
Latihan
dimulai, Rico pun dengan serius belajar tehnik dasar sehingga perlahan Rico
menguasainya, dibantu dengan kakak pertama dan murid Paman. 1 jam kemudian aku
beristirahat karena lelah dan belum terbiasa, mereka terus berlatih sementara
Rico berisirahat sambil melihat yang lain berlatih, memperhatikan sambil
tersenyum dan membayangkan Rico menguasai akan semua tehnik, mereka yang sudah
sabuk kuning, hijau, biru, dan merah sangat lihai dalam mempermainkan tehnik
nya, menambah semangat Rico untuk berlatih. Lalu Paman memanggil ku kembali.
“Hey,
ayo kembali berlatih, jangan malas”
“Baik
Paman”
Rico
kembali berlatih, dan beberapa menit kemudian, senior-senior Rico berlatih
fight one by one, Rico memperhatikan dengan serius agar ia bisa belajar dari
yang lain, setelah semua selesai, Rico pun bertanya.
“Paman,
kenapa saya tidak fight?”
“Belum
waktunya untuk fight, hanya latihan dasar saja”
“Oh
gitu, baik Paman”
Latihan
pun selesai sudah, waktunya untuk berdoa dan membaca sebuah janji seorang
beladiri ( seorang Taekwondo-in ).
Janji
taekwondo indonesia
Kami
taekwondo indonesia berjanji :
1.
menjunjung tinggi nama bangsa dan negara republik indonesia, yang berlandaskan
pancasila dan undang-undang dasar 1945.
2.
menaati asas-asas indonesia
3.
menghormati pengurus, pelatih, senior, dan sesama taekwondo-in, dalam
mengembangkan takwondo indonesia
4.
selalu berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam menjaga nama baik taekwondo
indonesia
5.
menjadi pembela kebenaran dan keadilan.
Semua
mengucapkan janji dengan serempak, Rico salut dengan beladiri di tempat Paman
Lio, setelah semua nya kembali pulang, tetapi Rico tetap berlatih sendirian,
melatih tehnik pertama yang di berikan Paman dan Kakak Pertama tadi, agar lebih
lacar lagi untuk mengambil cara tehnik nya, Paman Lio dan Kakak Pertama hanya
tersenyum melihatnya, lalu Kakak Pertama menghampirinya.
“Sudah
lah, istirahat, nanti kecapean. Besok kan masih bisa berlatih lagi, cepat pergi
mandi, bersihkan tubuh mu”
“Baik
Kak”
Rico
masuk kedalam dan menuju kamar mandi, handak menuju kamar mengambil pakaian,
Paman memanggil ku.
“Hey
tunggu, setelah mandi, nanti ke ruang tamu, Paman tunggu”
“Baik
Paman”
Aku
membersihkan tubuh ku, dan mengganti pakaian yang hangat, lalu menuju ruang
tamu.
“Ada
apa Paman memanggil ku?”
“Duduk
lah, minum teh hangatnya dulu”
“Iya
Paman, sebenarnya ada apa?”
“Tidak
ada apa-apa, Paman hanya ingin memberikan ini, dobok untuk kamu latihan”
“Lalu
bagaimana aku bisa membayar dobok ini, uang saja aku tidak punya?”
“Tidak
usah kau pikirnya uang, pakai saja ini untuk berlatih, Paman ingin kamu serius
berlatih”
“Baik
Paman, aku janji akan berlatih dengan serius”
1 tahun Kemudian
Paman
Lio sengaja tidak menaikkan tingkat sabuk Rico, karena Paman Lio melihat
kesempurnaan pada semangat Rico, melatih nya dengan tehnik itu-itu saja, di
ulang dan di ulang kembali, sampai sempurna tehnik yang di keluarkan Rico,
siapapun yang bisa menampilkan tehnik yang sempurna saat ujian kenaikan sabuk
maka ia akan mendapatkan tingkat sabuk yang lebih tinggi dengan syarat selama 1
Tahun di berikan hanya sabuk awal saja, dan berlatih dengan tehnik itu saja.
Tak
lama kemudian Paman Lio memberitahukan Rico bahwa hari ini ia akan ujian. Saat
nama Rico di panggil untuk di uji, Rico cukup gugup dan gemetar saat di uji,
tapi kemampuan nya di latihan 1 Tahun yang lalu sangat luar biasa, pantang
menyerah, rajin latihan, dan cukup sempurna dengan tehnik nya, yang menguji
saat itu bukan lah Paman Lio, tetapi teman dari Paman Lio, agar menilai dengan
adil, jujur, dan bijaksana, dan melihat memantau sejauh mana Paman Lio melatih
murid-muridnya, dan teman Paman Lio menemukan sosok asing yaitu Rico, baru
terlihat saat ujian.
“Mmmm,
siapa nama kamu?”
“Rico”
“Murid
baru Lio?’
“Iya,
saya baru 1 Tahun di club ini”
“Ok,
kalau begitu kita lanjut untuk meteri ujian nya”
Dimulai
dan di bacakan tehnik apa yang harus Rico peragakan, dan al hasil dengan
sempurna teman Paman Lio melihat dengan wow (mengangkat ke dua jempol untuk
Rico). Sangat terlihat akurat, kemudian teman Paman Lio memanggil beliau dan
menyaksikan repeat tehnik Rico. Paman Lio tersenyum dan bangga kepada Rico.
“Rico,
Sangat sempurna sekali tehnik kamu, kamu berhak menerima sabuk merah strip dua
ini”
“Paman
serius?, Paman tidak bohong?, apa aku mimpi?”
“Tidak
nak, Paman serius dan tidak bohong, dan kamu tidak bermimpi, kamu berhak
menerima sabuk ini, karena tehnik yang akurat dan sempuna seperti tadi, yang
sudah sabuk kuning, hijau, dan biru, apa lagi merah mendekati hitam belum tentu
sempurna seperti kamu, kamu berhan menerima ini”
“Terima
Kasih sekali Paman”
“Jangan
berterima kasih dengan saya, berterima kasihlah pada Tuhan dan yang mengajarkan
kamu”
Lalu
Rico menghampiri Paman Lio dan Kakak Pertama
“Paman,
aku berterima kasih banyak atas pelatihan yang diberikan Paman untuk ku, terima
kasih juga buat Kakak Pertama yang sudah bantu ku”
“Sama-sama
nak, Paman senang”
“Iya,
Sama-sama, Kakak juga senang, selamat yah”
Lalu
Rico terdiam dan menangis sejenak karena rasa tidak percaya mendapatkan hal
ini, Rico pun senang, tetapi ia takut akan kesombongan yang tiba-tiba muncul
terhadap nya.
“Bersihkan
air mata mu, kita akan berfoto untuk kenagan”
“Baik
Paman”
Kembali
ke rumah, Rico masih terdiam dan hening, Paman Lio dan Kakak Pertama hanya bisa
melihatnya dengan tersenyum, mungkin mereka mengira, Rico menangis karena
bahagia mendapatkan sabuk pertamanya yang mendekati hitam.
“Paman,
apa aku berhak menerima sabuk ini ?, sementara aku hanya berlatih 3 tehnik
saja”
“Ya,
kamu berhak menerima nya, justru 3 tehnik itu yang buat kamu mendapatkan sabuk
ini, coba lihat senior kamu, belum tentu 3 tehnik itu bisa mereka lakukan
dengan sempurna, sudah lah tak usah di pikirkan, lebih baik kita makan malam
dulu”
“Ya
sudah, ayo kita makan nasi goreng di depan”
“Baik
Kakak Pertama”
Mereka
makan malam bersama di luar, suasana yang begitu indah, yang belum pernah di
dapatkan oleh Rico, yang sejak kecil ia tak tahu siapa ayah dan ibu nya,
beruntung ia mengenal Paman Lio dan Adik nya beliau, tak lama kemudia di
sela-sela berbincang Rico melihat sebuah kertas yang berisi tentang
pertandingan beladiri umum, terdiri dari beladiri taekwondo, pencak silat,
karate, dan kung fu. Rico langsung menaruh makan dan sontak berdiri.
“Paman,
di kertas ini”
“Kertas
apa?, sudah lah, buang saja”
“Tidak
Paman, ini kertas pertandingan, boleh kah aku mengikutinya, di sini juga ada
beladiri kita, Paman”
“Sudah
lah, untuk apa ikut seperti itu, kita hanya untuk belajar saja, hanya untuk
jaga diri”
“Tidak
Paman, aku ingin mengikutinya, disini juga ada hadiah nya”
“Coba
Paman lihat”
Sontak
Paman Lio terkejut, karena yang beliau lihat adalah terdiri dari 4 beladiri,
yang tertulis peraturan pertandingan bebas, jelas Paman Lio melarang Rico untuk
mengikutinya, karena beliau tidak ingin Rico kenapa-kenapa.
“Tidak,
Paman tidak setuju”
“Kenapa
Paman?, ayo lah. Kalau aku menang kan kita bisa buka perguruan yang lebih
besar”
“Paman
bilang tidak ya tidak”
“Tidak,
aku akan tetap mendaftar kan diri ku”
“Dasar
kau keras kepala”
Suasana
menjadi tegang karena ulah Rico, beliau melarang karena dahulu beliau pernah
mengalaminya, ini sebuah pertandingan umum yang di adakan 5 tahun sekali,
dahulu beliau mendaftarkan dirinya hanya untuk membalaskan dendam untuk guru
nya yang meninggal akibat karate-ka menghabisi nyawa guru beliau, beliau emosi
dan mendaftarkan diri karena beliau berfikir pasti orang itu mengikutinya juga.
Tepat sekali disaat beliau bertanding melawan orang itu, dan menghajar
habis-habis hingga nyawa orang tersebut lenyap. Beliau tidak ingin ada lagi hal
seperti itu terulang lagi.
Setelah
berbincang tentang pertandingan, mereka kembali ke rumah dan ke kamar
masing-masing, beliau masih memikirkan tindakan Rico yang bersikeras untuk
mengikuti pertandingan itu, ke esokan harinya beliau berubah pikiran untuk
menyetujui Rico mengikuti pertandingan.
“Selamat
pagi Paman”
“Selamat
pagi”
“Hey
Rico, kemari”
“Ada
apa Paman?”
“Baik
lah, kamu boleh ikut, tapi dengan syarat, tidak ada pembalas dendaman antara
kamu dengan peserta yang lain”
“Paman
serius aku boleh ikut?, hore ............, terimakasih Paman”
“Kapan
mau latihan?”
“Sekarang
Paman”
“Ayo
kita ke lapangan”
Mereka
menuju lapangan untuk berlatih, latihan pertama yaitu latihan mengangkat ember
yang berisi air, kemudian di lanjut dengan berlari di 100 anak tangga
bolak-balik, Rico pun menggerutu.
“Paman,
aku capek, sebenarnya kapan latihan nya”
“Sudah
jangan banyak bicara, lakukan saja” sambil menggertak ku dengan bambu di tangan
nya.
Rico
pun menuruti perintah beliau, keseokan hari nya, melakukan hal yang sama hingga
1 minggu, setelah 1 minggu kemudian, latihan pun di mulai, dengan tehnik yang
di berikan beliau Rico terus berlatih dengan giat, 2 minggu kemudian pergantian
tehnik, melancarkan pernafasan Rico agar tak merasa capek dan terengah-engah. 3
minggu kemudian melatih pergerakan kaki agar menendang dengan lincah, keringat
yang mengucur dari atas sampai bawah membasahi tubuh Rico, tetapi, Rico pun
tetap semangat. 3 Hari mendekati pertandingan, Rico tidak di ijinkan untuk
berlatih, melainkan untuk istirahat total.
“Paman,
kenapa hari ini tidak latihan”
“Istirahat
lah denga total, agar tidak terasa capek”
“Baik
Paman”
Rico
beristirahat, tetapi Rico semakin tidak sabar untuk menantikan hari H. 6 Jam
sebelum bertanding, beliau mengajak Rico melihat arena pertandingan.
“Disini
lah kamu nanti akan bertanding”
“wow,
hebat sekali Paman”
“Berjuang
lah nak, jangan menyerah”
Detik
pertandingan akan di mulai, adik beliau dan senior-senior Rico segera mencari
tempat duduk yang pas agar bisa melihat Rico dengan jelas, beliau mendampingi
Rico dan mensugestikan ia agar tidak terjadi demam panggung. Bel pembukaan
sudah di mulai, banyak sekali karate-ka, taekwondo, pesilat, dan para kung fu. Partai
Pertama ia memenangkan pertandingan, Partai kedua pertandingan nya Rico
berhasil memenangkan nya, di partai terkahir Rico masuk mejadi finalis untuk
melawan finalis lain, saat-saat Rico mendapat lawan yang lebih mantap dan
lincah, Rico berhati-hati melawan nya, Rico mendapatkan seorang karate-ka,
beliau terkejut dan kembali berfikir masa lalu.
“Ayo
Rico, hajar dari sisi kanan, lalu pukul tulang rusuk dia, hati-hati dengan
serangan nya”
Beliau
cemas akan pertandingan ini, dan hal yang tak di ingin kan terjadi kembali,
Rico mengalami cedera lutut akibat lawan nya menendang lututnya sehingga terjatuh,
dan pertandingan di hentikan sejenak.
“Rico,
hentikan pertandingan ini, dengar kan Paman”
“Tidak
Paman, aku tidak mau, aku ingin melanjutkan nya”
Rico
tetap melanjutkan nya dengan tubuh yang kaku, memar, dan benyak darah. Ia masih
melawan nya dengan tegas, tak perduli dengan dirinya yang lemah itu, maklum
saja karena pertandingan yang bebas ini. Waktu pertandingan yang limit 1 poin
untuk Rico maka ia akan menang, ia sangat berhati-hati, menghindari serangan
lawan nya, saat lawan nya berada di samping kiri Rico, ia memukul tulang rusuk
lawan nya sehingga tidak sadar kan diri. 10 detik hitungan lawan Rico tak sadar
kan diri, dan akhirnya Rico lah yang memenangkan pertandingan di tahun ini. The
Winner of Matrial Art Rico, berhak mendapatkan hadiahnya.
“10,
9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1”
“Terimakasih
Tuhan, Paman aku menang ...........”
“Ia
nak, selamat yah, kamu berhasil”
Moment
yang membanggakan, suasana haru pun dirasakan oleh beliau dan yang lain, beliau
menggendong Rico dan mengangkat Rico dengan bangga, pertandingan tahun ini di menangkan
oleh Rico, dan akhirnya Rico berhasil membalas budi atas kebaikan Paman Lio
dengan membangun sebuah perguruan yang di namakan SIN TAO YEN.