Kamis, 15 November 2012

High Kick Boy ( Taekwondo )

Disuatu hari terlihat seorang anak kecil yang hidi jalan, pontang-panting kebingungan untuk mencari tempat tinggal, wajah yang malang terlihat ingin meneteskan air mata, perutnya sudah lapar, tak tertahankan lagi, kemudian ia menuju pasar tradisional yang sangat ramai, banyak penjual makanan yang sangat enak, tetapi ia tidak mempunyai uang untuk membelinya, perutnya sudah menjerit kelaparan.Tanpa berpikir panjang, ia mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang agar bisa membeli kue itu, ia menginginkan kue itu, ke sana kemari ia cari pekerjaan namun belum ada yang mau menerimanya, akhirnya ia memberanikan diri untuk menuju pedagang kue itu.

“Permisi, bolehkan saya bekerja disini, tidak usah di bayar dengan uang, cukup hanya sedikit kue itu saja agar saya tak lapar lagi”

“Iya, boleh nak, ayo bantu paman layani pembeli”

“Terimakasih paman, terimakasih banyak Paman”

Dengan hati yang dermawan, seorang penjual kue menerimanya dengan penuh senyum, ia segera membantu penjual kue itu, setelah kue terjual habis, ia membantu merapihkan kotak-kotak kue itu, di sisa kan nya 10 buah kue untuk anak itu, lalu membungkusnya dan memisahkan dari kotak kue, anak itu terus lanjut merapihkannya, di bersihkan dan di cucikan kotak kue itu, lalu penjual kue melihatnya dengan senyum, sedikit terharu dengan apa yang di lakukan dan diusahakannya anak itu, lalu penjual kue itu menghampirinya dengan membawa sebungkus kue yang di sisa kan tadi .

“Nak, cukup sudah, ini ambil kue untuk mu”

“Terimakasih Paman, Paman baik sekali”

“Sama-sama nak, siapa nama kamu?”

“Rico” ( dengan lahap memakan kue itu )

“Nama yang bagus, pelan-pelan makan kuenya, nanti tersendak, tinggal di mana kamu?”

“Saya gak punya tempat tinggal”

“Lalu, kalau mau tidur kamu dimana?”

“Dimana saja, di pinggir toko, di pinggir jalan” ( dengan senang melahap kue itu )

“Oh ya panggi Paman, Paman Lio saja, apa kamu mau tinggal dengan paman?,”

“Apa tidak merepokan Paman?, Paman sudah baik sekali dengan saya”

“Tidak nak, siapapun orangnya Paman akan membantunya selagi masih bisa membantu”

“Terima kasih Paman”

“Ayo ikut Paman pulang”

Anak itu pun pulang dengan bapak penjual kue itu, dengan mengendarai sepeda antiknya, dengan raut wajah yang ceria bapak penjual kue mengendarai sepeda dengan bernyanyi lagu kesukaannya, mendengar ia bernyanyi anak itu tersenyum dan terharu, dalam hati anak itu berkata “paman ini baik sekali, walaupun ia sama-sama cari uang tapi ia ceria, gembira, dan penuh canda tawa di raut wajahnya, aku salut dengan pak anton”, 1 jam kemudian sampailah di rumah Paman Lio (penjual kue), banyak sekali orang yang sedang berlatih beladiri, aku melihat dengan sontak terkejut dengan yang ada di dalam rumah Paman Lio (penjual kue), banyak sekali yang berlatih beladiri, lalu aku bertanya dengan Paman Lio (penjual kue)

“Paman, kok banyak orang sedang latihan beladiri disini ?, apa paman buka perguruan beladiri ?”

“Tidak nak, paman disini hanya mengajari mereka yang ingin bisa beladiri”

“Lalu, beladiri apa yang paman ajarkan?”

“Paman ini dari keluarga beladiri taekwondo, semua anggota keluarga paman mayoritas memiliki beladiri taekwondo”

“Oh gitu, kenapa paman tidak buka perguruan saja?”

“Repot nak, wilayah rumah paman juga tidak cukup untuk buka perguruan, resikopun sangat besar, disini siapa yang mau belajar silahkan belajar, tidak ada yang melarang, tapi mengikuti peraturan dari paman, kenapa?, kamu mau belajar juga ?”

“Mmmm... pikir-pikir dulu deh, hehe”

“Ya sudah, bersihkan tubuhmu dulu sana, paman mau melihat anak-anak yang lain”

Lalu dia bersihkan diri dengan memanjakan tubuhnya di dalam air hangat, relax, tenang, dan damai, setelah selesai mandi dia menuju lapangan belakang, melihat Pak Lio (penjual kue) mengajari anak-anak yang mengikuti beladiri, dia melihat dengan serius, menatap tajam ke depan, ada daya tarik yang membujuknya untuk belajar beladiri, tapi untuk apa?, dia pun tidak tahu. Dari pada terdiam sendiri melihat mereka berlatih, dia menuju ruang tamu untuk duduk dan membaca koran, melihat-lihat berita yang menarik. Dari kejauhan Paman Lio tersenyum melihat nya, setelah selesai melatih Paman Lio menghampirinya.

“Lagi apa sendirian disini?, sudah sore sebaiknya kamu istirahat”

“Eh paman, lagi baca koran aja, lagi nyari berita, baik paman”

“Di pojok sana ada kamar kosong untuk mu, istirahat lah sejenak”

“Baik paman”

Dia beristirahat menuju kamar itu, lumayan nyaman untuk di tempati, dia langsung memanjakan tubuhnya di atas kasur empuk, sangat lelap dia tertidur pulas, tak sadar kan diri dari tidurnya, dia melewatkan makan malam bersama paman Lio.

“Rico, ayo bangun. Makan malam dulu. Rico, Rico . .”

Tak bangun juga dari tidurnya memanggilnya berturut-turut, mungkin dia kelelahan, keesokan harinya, kebetulan hari libur paman Lio tidak berjualan di pasar, hanya ada jadwal mengajar murid-muridnya berlatih.

“Sudah bangun kamu?, pergi mandi, dan cepat ke meja makan untuk sarapan”

“Baik paman”

Paman Lio sangat baik dengan Rico, Rico tak tahu akan membalas budi seperti apa untuk orang seperti beliau,  selesai mandi Rico pun menuju meja makan.

“Selamat pagi paman”

“Iya, selamat pagi, ayo kita sarapan bersama”

Mereka sarapan bersama-sama, Paman Lio, adik pertama paman Lio dan Rico, selesai sarapan mereka membereskan rumah dan membagi tugas, Rico membersihkan halaman, paman membersihkan ruang tamu dan yang lain, dan kakak pertama (adik pertama paman Lio) membersihkan semua benda-beda yang kotor. Mereka membagi tugas dengan adil, Rico pun juga senang bisa membantu paman Lio, karena hitung-hitung membalas budi secara perlahan atas kebaikan paman Lio, setelah aku selesai membersihkan halaman, kakak pertama memanggil ku.

“Rico, kakak mau bicara dengan kamu”

“Baik kakak pertama, ada apa kak?”

“Kakak melihat diri mu ketika pertama melihat beladiri di sini, apa kamu tertarik?, jujur saja dengan kakak, kalau kamu tertarik sebaiknya kamu belajar dengan kakak, kakak akan bantu kamu”

“Mmm, boleh kak, baik. Aku akan ikut berlatih, terimakasih atas tawaran kakak pertama”

“Sama-sama, ya sudah, kakak mau melanjutkan bersih-bersih dulu”

“Baik kak”

Rico mengambil handuk untuk membasuk wajahnya yang penuh dengan keringat, tak lama kemudian murid paman datang satu per satu, mereka tidak akan mulai berlatih jika belum semua berkumpul, setelah semua sudah berkumpul Rico di panggil dengan kakak pertama.

“Rico, ayo gabung untuk berlatih”

“Baik kak”

Latihan dimulai, Rico pun dengan serius belajar tehnik dasar sehingga perlahan Rico menguasainya, dibantu dengan kakak pertama dan murid Paman. 1 jam kemudian aku beristirahat karena lelah dan belum terbiasa, mereka terus berlatih sementara Rico berisirahat sambil melihat yang lain berlatih, memperhatikan sambil tersenyum dan membayangkan Rico menguasai akan semua tehnik, mereka yang sudah sabuk kuning, hijau, biru, dan merah sangat lihai dalam mempermainkan tehnik nya, menambah semangat Rico untuk berlatih. Lalu Paman memanggil ku kembali.

“Hey, ayo kembali berlatih, jangan malas”

“Baik Paman”

Rico kembali berlatih, dan beberapa menit kemudian, senior-senior Rico berlatih fight one by one, Rico memperhatikan dengan serius agar ia bisa belajar dari yang lain, setelah semua selesai, Rico pun bertanya.

“Paman, kenapa saya tidak fight?”

“Belum waktunya untuk fight, hanya latihan dasar saja”

“Oh gitu, baik Paman”

Latihan pun selesai sudah, waktunya untuk berdoa dan membaca sebuah janji seorang beladiri ( seorang Taekwondo-in ).
Janji taekwondo indonesia
Kami taekwondo indonesia berjanji :

1. menjunjung tinggi nama bangsa dan negara republik indonesia, yang berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.
2. menaati asas-asas indonesia
3. menghormati pengurus, pelatih, senior, dan sesama taekwondo-in, dalam mengembangkan takwondo indonesia
4. selalu berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam menjaga nama baik taekwondo indonesia
5. menjadi pembela kebenaran dan keadilan.

Semua mengucapkan janji dengan serempak, Rico salut dengan beladiri di tempat Paman Lio, setelah semua nya kembali pulang, tetapi Rico tetap berlatih sendirian, melatih tehnik pertama yang di berikan Paman dan Kakak Pertama tadi, agar lebih lacar lagi untuk mengambil cara tehnik nya, Paman Lio dan Kakak Pertama hanya tersenyum melihatnya, lalu Kakak Pertama menghampirinya.

“Sudah lah, istirahat, nanti kecapean. Besok kan masih bisa berlatih lagi, cepat pergi mandi, bersihkan tubuh mu”

“Baik Kak”

Rico masuk kedalam dan menuju kamar mandi, handak menuju kamar mengambil pakaian, Paman memanggil ku.

“Hey tunggu, setelah mandi, nanti ke ruang tamu, Paman tunggu”

“Baik Paman”

Aku membersihkan tubuh ku, dan mengganti pakaian yang hangat, lalu menuju ruang tamu.

“Ada apa Paman memanggil ku?”

“Duduk lah, minum teh hangatnya dulu”

“Iya Paman, sebenarnya ada apa?”

“Tidak ada apa-apa, Paman hanya ingin memberikan ini, dobok untuk kamu latihan”

“Lalu bagaimana aku bisa membayar dobok ini, uang saja aku tidak punya?”

“Tidak usah kau pikirnya uang, pakai saja ini untuk berlatih, Paman ingin kamu serius berlatih”
“Baik Paman, aku janji akan berlatih dengan serius”

1 tahun Kemudian

Paman Lio sengaja tidak menaikkan tingkat sabuk Rico, karena Paman Lio melihat kesempurnaan pada semangat Rico, melatih nya dengan tehnik itu-itu saja, di ulang dan di ulang kembali, sampai sempurna tehnik yang di keluarkan Rico, siapapun yang bisa menampilkan tehnik yang sempurna saat ujian kenaikan sabuk maka ia akan mendapatkan tingkat sabuk yang lebih tinggi dengan syarat selama 1 Tahun di berikan hanya sabuk awal saja, dan berlatih dengan tehnik itu saja.

Tak lama kemudian Paman Lio memberitahukan Rico bahwa hari ini ia akan ujian. Saat nama Rico di panggil untuk di uji, Rico cukup gugup dan gemetar saat di uji, tapi kemampuan nya di latihan 1 Tahun yang lalu sangat luar biasa, pantang menyerah, rajin latihan, dan cukup sempurna dengan tehnik nya, yang menguji saat itu bukan lah Paman Lio, tetapi teman dari Paman Lio, agar menilai dengan adil, jujur, dan bijaksana, dan melihat memantau sejauh mana Paman Lio melatih murid-muridnya, dan teman Paman Lio menemukan sosok asing yaitu Rico, baru terlihat saat ujian.

“Mmmm, siapa nama kamu?”

“Rico”

“Murid baru Lio?’

“Iya, saya baru 1 Tahun di club ini”

“Ok, kalau begitu kita lanjut untuk meteri ujian nya”

Dimulai dan di bacakan tehnik apa yang harus Rico peragakan, dan al hasil dengan sempurna teman Paman Lio melihat dengan wow (mengangkat ke dua jempol untuk Rico). Sangat terlihat akurat, kemudian teman Paman Lio memanggil beliau dan menyaksikan repeat tehnik Rico. Paman Lio tersenyum dan bangga kepada Rico.

“Rico, Sangat sempurna sekali tehnik kamu, kamu berhak menerima sabuk merah strip dua ini”

“Paman serius?, Paman tidak bohong?, apa aku mimpi?”

“Tidak nak, Paman serius dan tidak bohong, dan kamu tidak bermimpi, kamu berhak menerima sabuk ini, karena tehnik yang akurat dan sempuna seperti tadi, yang sudah sabuk kuning, hijau, dan biru, apa lagi merah mendekati hitam belum tentu sempurna seperti kamu, kamu berhan menerima ini”
“Terima Kasih sekali Paman”

“Jangan berterima kasih dengan saya, berterima kasihlah pada Tuhan dan yang mengajarkan kamu”

Lalu Rico menghampiri Paman Lio dan Kakak Pertama

“Paman, aku berterima kasih banyak atas pelatihan yang diberikan Paman untuk ku, terima kasih juga buat Kakak Pertama yang sudah bantu ku”

“Sama-sama nak, Paman senang”

“Iya, Sama-sama, Kakak juga senang, selamat yah”

Lalu Rico terdiam dan menangis sejenak karena rasa tidak percaya mendapatkan hal ini, Rico pun senang, tetapi ia takut akan kesombongan yang tiba-tiba muncul terhadap nya.

“Bersihkan air mata mu, kita akan berfoto untuk kenagan”

“Baik Paman”

Kembali ke rumah, Rico masih terdiam dan hening, Paman Lio dan Kakak Pertama hanya bisa melihatnya dengan tersenyum, mungkin mereka mengira, Rico menangis karena bahagia mendapatkan sabuk pertamanya yang mendekati hitam.

“Paman, apa aku berhak menerima sabuk ini ?, sementara aku hanya berlatih 3 tehnik saja”

“Ya, kamu berhak menerima nya, justru 3 tehnik itu yang buat kamu mendapatkan sabuk ini, coba lihat senior kamu, belum tentu 3 tehnik itu bisa mereka lakukan dengan sempurna, sudah lah tak usah di pikirkan, lebih baik kita makan malam dulu”

“Ya sudah, ayo kita makan nasi goreng di depan”

“Baik Kakak Pertama”

Mereka makan malam bersama di luar, suasana yang begitu indah, yang belum pernah di dapatkan oleh Rico, yang sejak kecil ia tak tahu siapa ayah dan ibu nya, beruntung ia mengenal Paman Lio dan Adik nya beliau, tak lama kemudia di sela-sela berbincang Rico melihat sebuah kertas yang berisi tentang pertandingan beladiri umum, terdiri dari beladiri taekwondo, pencak silat, karate, dan kung fu. Rico langsung menaruh makan dan sontak berdiri.

“Paman, di kertas ini”

“Kertas apa?, sudah lah, buang saja”

“Tidak Paman, ini kertas pertandingan, boleh kah aku mengikutinya, di sini juga ada beladiri kita, Paman”

“Sudah lah, untuk apa ikut seperti itu, kita hanya untuk belajar saja, hanya untuk jaga diri”

“Tidak Paman, aku ingin mengikutinya, disini juga ada hadiah nya”

“Coba Paman lihat”

Sontak Paman Lio terkejut, karena yang beliau lihat adalah terdiri dari 4 beladiri, yang tertulis peraturan pertandingan bebas, jelas Paman Lio melarang Rico untuk mengikutinya, karena beliau tidak ingin Rico kenapa-kenapa.

“Tidak, Paman tidak setuju”

“Kenapa Paman?, ayo lah. Kalau aku menang kan kita bisa buka perguruan yang lebih besar”

“Paman bilang tidak ya tidak”

“Tidak, aku akan tetap mendaftar kan diri ku”

“Dasar kau keras kepala”

Suasana menjadi tegang karena ulah Rico, beliau melarang karena dahulu beliau pernah mengalaminya, ini sebuah pertandingan umum yang di adakan 5 tahun sekali, dahulu beliau mendaftarkan dirinya hanya untuk membalaskan dendam untuk guru nya yang meninggal akibat karate-ka menghabisi nyawa guru beliau, beliau emosi dan mendaftarkan diri karena beliau berfikir pasti orang itu mengikutinya juga. Tepat sekali disaat beliau bertanding melawan orang itu, dan menghajar habis-habis hingga nyawa orang tersebut lenyap. Beliau tidak ingin ada lagi hal seperti itu terulang lagi.

Setelah berbincang tentang pertandingan, mereka kembali ke rumah dan ke kamar masing-masing, beliau masih memikirkan tindakan Rico yang bersikeras untuk mengikuti pertandingan itu, ke esokan harinya beliau berubah pikiran untuk menyetujui Rico mengikuti pertandingan.

“Selamat pagi Paman”

“Selamat pagi”

“Hey Rico, kemari”

“Ada apa Paman?”

“Baik lah, kamu boleh ikut, tapi dengan syarat, tidak ada pembalas dendaman antara kamu dengan peserta yang lain”

“Paman serius aku boleh ikut?, hore ............, terimakasih Paman”

“Kapan mau latihan?”

“Sekarang Paman”

“Ayo kita ke lapangan”

Mereka menuju lapangan untuk berlatih, latihan pertama yaitu latihan mengangkat ember yang berisi air, kemudian di lanjut dengan berlari di 100 anak tangga bolak-balik, Rico pun menggerutu.

“Paman, aku capek, sebenarnya kapan latihan nya”

“Sudah jangan banyak bicara, lakukan saja” sambil menggertak ku dengan bambu di tangan nya.

Rico pun menuruti perintah beliau, keseokan hari nya, melakukan hal yang sama hingga 1 minggu, setelah 1 minggu kemudian, latihan pun di mulai, dengan tehnik yang di berikan beliau Rico terus berlatih dengan giat, 2 minggu kemudian pergantian tehnik, melancarkan pernafasan Rico agar tak merasa capek dan terengah-engah. 3 minggu kemudian melatih pergerakan kaki agar menendang dengan lincah, keringat yang mengucur dari atas sampai bawah membasahi tubuh Rico, tetapi, Rico pun tetap semangat. 3 Hari mendekati pertandingan, Rico tidak di ijinkan untuk berlatih, melainkan untuk istirahat total.

“Paman, kenapa hari ini tidak latihan”

“Istirahat lah denga total, agar tidak terasa capek”

“Baik Paman”

Rico beristirahat, tetapi Rico semakin tidak sabar untuk menantikan hari H. 6 Jam sebelum bertanding, beliau mengajak Rico melihat arena pertandingan.

“Disini lah kamu nanti akan bertanding”

“wow, hebat sekali Paman”

“Berjuang lah nak, jangan menyerah”

Detik pertandingan akan di mulai, adik beliau dan senior-senior Rico segera mencari tempat duduk yang pas agar bisa melihat Rico dengan jelas, beliau mendampingi Rico dan mensugestikan ia agar tidak terjadi demam panggung. Bel pembukaan sudah di mulai, banyak sekali karate-ka, taekwondo, pesilat, dan para kung fu. Partai Pertama ia memenangkan pertandingan, Partai kedua pertandingan nya Rico berhasil memenangkan nya, di partai terkahir Rico masuk mejadi finalis untuk melawan finalis lain, saat-saat Rico mendapat lawan yang lebih mantap dan lincah, Rico berhati-hati melawan nya, Rico mendapatkan seorang karate-ka, beliau terkejut dan kembali berfikir masa lalu.

“Ayo Rico, hajar dari sisi kanan, lalu pukul tulang rusuk dia, hati-hati dengan serangan nya”

Beliau cemas akan pertandingan ini, dan hal yang tak di ingin kan terjadi kembali, Rico mengalami cedera lutut akibat lawan nya menendang lututnya sehingga terjatuh, dan pertandingan di hentikan sejenak.

“Rico, hentikan pertandingan ini, dengar kan Paman”

“Tidak Paman, aku tidak mau, aku ingin melanjutkan nya”

Rico tetap melanjutkan nya dengan tubuh yang kaku, memar, dan benyak darah. Ia masih melawan nya dengan tegas, tak perduli dengan dirinya yang lemah itu, maklum saja karena pertandingan yang bebas ini. Waktu pertandingan yang limit 1 poin untuk Rico maka ia akan menang, ia sangat berhati-hati, menghindari serangan lawan nya, saat lawan nya berada di samping kiri Rico, ia memukul tulang rusuk lawan nya sehingga tidak sadar kan diri. 10 detik hitungan lawan Rico tak sadar kan diri, dan akhirnya Rico lah yang memenangkan pertandingan di tahun ini. The Winner of Matrial Art Rico, berhak mendapatkan hadiahnya.

“10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1”

“Terimakasih Tuhan, Paman aku menang ...........”

“Ia nak, selamat yah, kamu berhasil”

Moment yang membanggakan, suasana haru pun dirasakan oleh beliau dan yang lain, beliau menggendong Rico dan mengangkat Rico dengan bangga, pertandingan tahun ini di menangkan oleh Rico, dan akhirnya Rico berhasil membalas budi atas kebaikan Paman Lio dengan membangun sebuah perguruan yang di namakan SIN TAO YEN.